Mataram, NTB – Sebuah inovasi dari Semarang menarik perhatian di Workshop Nasional Forum Institusi Layanan Bahasa (FILBA) II yang berlangsung di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, 29-31 Oktober 2025. Pusat Pengembangan Bahasa (PPB) UIN Walisongo Semarang tidak hanya hadir sebagai peserta biasa, tetapi datang membawa cerita sukses yang membuat banyak institusi pendidikan lain tertarik untuk mengadopsi sistem serupa.
Pada hari kedua workshop, tepatnya Kamis 30 Oktober 2025, ruang presentasi dipenuhi peserta yang ingin mendengar langsung paparan Daviq Rizal, M.Pd., Kepala PPB UIN Walisongo Semarang. Materi yang dibawakan bertajuk “Inovasi Sistem Tes Online Berbasis Moodle dengan Fitur Proctoring” menarik perhatian karena topiknya sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi perguruan tinggi di era digital. Yang lebih menarik lagi, sistem ini bukan sekadar konsep atau rencana, melainkan sudah diterapkan secara nyata untuk tes TOEFL-like dan IMKA (Tes Kemampuan Bahasa Arab).
Apa yang membuat sistem ini istimewa adalah pendekatannya yang komprehensif namun tetap accessible. Pertama, PPB UIN Walisongo menggunakan platform Moodle yang bersifat open source dan gratis, sehingga tidak membebani anggaran institusi. Kedua, keamanannya berlapis-lapis dengan mengintegrasikan Moodle, Safe Exam Browser (SEB), dan plugin proctoring dalam satu sistem yang bekerja sempurna bersama-sama. Ketiga, yang paling unik, adalah sistem pengawasan ganda yang inovatif. Webcam laptop merekam layar dan wajah peserta melalui SEB, sementara kamera HP via Zoom diarahkan ke punggung dan area sekitar laptop untuk memastikan tidak ada bantuan eksternal yang tidak sah.
“Kami pastikan tidak ada celah untuk berbuat curang,” tegas Daviq Rizal. Setiap sesi tes dikonfigurasi khusus dengan protokol yang ketat. Peserta hanya memiliki satu kali kesempatan mengerjakan tes, kunci jawaban tersembunyi rapat, dan berbagai persyaratan harus dipenuhi seperti ruangan yang tenang, penggunaan identitas asli, dan koneksi internet yang stabil. Semua langkah ini dirancang untuk memastikan integritas akademik tetap terjaga dalam pelaksanaan tes online.

Daviq Rizal Memaparkan Inovasi Sistem Tes Online Terintegrasi pada Workshop FILBA II di Mataram
Yang membuat presentasi ini semakin berkesan adalah respons antusias yang diterima dari berbagai institusi. Mereka langsung menunjukkan minat serius dan bertanya detail teknis tentang implementasi sistem. UPA Bahasa Universitas Tidar Magelang adalah salah satu institusi yang sangat tertarik dan berencana mengadopsi sistem serupa. Dr. Farikhah, Kepala UPA Bahasa Universitas Tidar Magelang, menyatakan minatnya untuk menerapkan sistem tes online terintegrasi seperti yang dikembangkan PPB UIN Walisongo. Tim dari Tidar bahkan meminta sesi diskusi lebih lanjut di luar setelah presentasi selesai untuk membahas aspek-aspek teknis yang lebih mendalam. “Kami melihat ini solusi yang kami cari selama ini. Gratis, efektif, dan benar-benar mencegah kecurangan,” ujar salah satu peserta dari Universitas Tidar dengan antusias.
Daviq Rizal menjelaskan filosofi di balik pengembangan sistem dengan sangat jelas. “Tes online sudah jadi kebutuhan penting di pendidikan tinggi era digital. Namun tantangan terbesar adalah memastikan integritas akademik tidak dikorbankan,” jelasnya. Dia menekankan bahwa teknologi bukan tujuan itu sendiri, melainkan alat untuk memastikan setiap mahasiswa diuji secara adil tanpa ada yang diuntungkan atau dirugikan. Pendekatan ini yang membuat sistem PPB UIN Walisongo berbeda – fokus pada prinsip integritas akademik sambil memanfaatkan teknologi yang accessible dan sustainable.
Dalam kesempatan yang sama, Daviq Rizal juga menyampaikan rencana inovasi terbaru PPB UIN Walisongo yang akan diimplementasikan pada tahun depan. “Kami akan menerapkan sistem sertifikat digital untuk tes TOEFL-like dan IMKA. Mahasiswa tidak perlu lagi menunggu sertifikat fisik,” ungkapnya. Sistem sertifikat digital ini telah dikoordinasikan dengan Ibu Dr. Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd., M.Kom., Kepala PTIPD UIN Walisongo, di mana peserta tes akan menerima sertifikat digital langsung ke email mereka dan dapat diakses melalui website. Lebih lanjut, Daviq menjelaskan bahwa mahasiswa tidak perlu lagi membawa sertifikat cetak ketika mengambil ijazah. “Pegawai fakultas atau pascasarjana dapat langsung mengecek status kelulusan TOEFL-like atau IMKA mahasiswa melalui website. Semua data terkoneksi dengan baik dalam sistem terintegrasi,” jelasnya. Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi administrasi sekaligus mendukung gerakan paperless di lingkungan kampus.
Yang menarik dari pengalaman PPB UIN Walisongo adalah bagaimana mereka membuktikan bahwa inovasi tidak selalu membutuhkan dana besar. Moodle adalah platform gratis, Safe Exam Browser juga gratis, dan plugin proctoring tersedia sebagai open source. Yang membuat perbedaan adalah bagaimana mereka mengintegrasikan semuanya dengan cerdas dan kreatif. Sistem pengawasan ganda dengan Zoom adalah contoh sempurna dari ide sederhana namun sangat efektif – memanfaatkan kamera HP yang hampir semua orang miliki untuk pengawasan eksternal yang maksimal.
Kehadiran PPB UIN Walisongo di workshop nasional ini menjadi kesempatan berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan institusi lain. Mereka sangat terbuka untuk diskusi dan kolaborasi, terutama dengan institusi yang tertarik mempelajari sistem lebih lanjut. Antusiasme dari UPA Bahasa Universitas Tidar yang sudah menyatakan minat untuk belajar lebih dalam disambut dengan positif. “Kami senang bisa berkontribusi. Jika sistem kami bisa membantu institusi lain meningkatkan kualitas pengujian mereka, kami dengan senang hati berbagi,” ujar Daviq Rizal.
Workshop ini membuktikan bahwa kolaborasi dan berbagi pengetahuan antar institusi pendidikan sangat berharga untuk meningkatkan standar pengujian online di Indonesia. PPB UIN Walisongo menunjukkan bahwa inovasi teknologi pendidikan dapat diimplementasikan secara efektif bahkan dengan sumber daya terbatas, asalkan ada komitmen pada integritas akademik dan kemauan untuk terus belajar dan berinovasi. Dengan semakin banyak institusi yang tertarik mengadopsi sistem serupa, integritas akademik dapat dijaga lebih baik dan mahasiswa mendapat perlakuan yang adil dalam setiap ujian.
